Beranda | Artikel
SYUHADA UHUD
Jumat, 28 Januari 2022

Pada tahun tiga Hijriah, tepatnya di pertengahan bulan Syawwal, berkecamuklah Perang Uhud, antara kaum Muslimin yang dipimpin oleh Rasulullah ﷺ dengan kaum kuffar Mekkah. Dalam peperangan menegakkan kalimatulhaq ini, banyak dari kalangan sababat Nabi ﷺ yang mendapatkan anugerah syahâdah. Menurut perhitungan ulama sirah, Ibnu Ishâq رحمه الله , tercatat 65 sahabat Rasulullah telah menemui syahid. Peperangan ini disulut oleh kaum musyrikin Mekkah yang ingin menuntaskan dendam kekalahan mereka atas kaum Muslimin di Perang Badr yang terjadi pada tahun sebelumnya. Adapun pada Perang Uhud ini, Allah سبحانه وتعالى menakdirkan kekalahan bagi kaum Muslimin, setelah sebelumnya kemenangan sudah berada di depan mata.

Berikut ini, sebagian nama-nama sahabat Rasulullah ﷺ dari kalangan Muhajirin yang menenui syahid tersebut kami ulas secara ringkas. Diadaptasi dari risalah Syuhadâ Uhud Alladzîna Dzakarahumullahu Ibnu Ishâq fi Maghâzihi, karya Dr. Muhammad bin ‘Abdillah bin Ghabbân ash-Shubhi, Majallatul-Jâmi’atil-Islâmiyyah, Madinah, KSA, Edisi 124, Th. XXXVI, 1424 H. Diterjemahkan oleh M. Rijal dan M. ‘Ashim Selamat menyimak.

 

HAMZAH BIN ‘ABDUL-MUTHTHALIB رضي الله عنه

Siapakah beliau ini? Lengkapnya, ia bernama Hamzah Abu ‘Amârah bin ‘Abdul-Muththalib bin Hâsyim bin ‘Abdi Manâf al-Quraisyi al-Hâsyimi. Ibunya bernama Halah binti Wuhaib bin ‘Abdi Manaf bin Zuhrah. Beliau merupakan paman Nabi ﷺ , sekaligus saudara sepersusuan, serta kerabat dekatnya dari jalur ibu. Dilahirkan dua tahun sebelum Nabi ﷺ . Memeluk Islam pada tahun kedelapan dari kenabian atau pada tahun keenam kenabian setelah nabi memasuki Darul Arqâm , berdasarkan riwayat lain.

Terkenal dengan gelar Asadullah (singa Allah) dan sayyidusy-syuhada’ (penghulu para syuhada). Di Perang Badr, beliau berhasil menghempaskan beberapa tokoh musyrikin. Seperti, Syaibah bin Rabî’ah, Thu’aimah bin ‘Adi, dan ‘Utbah bin Rabî’ah. Begitu pula pada perang Uhud, beliau berhasil menewaskan 30 orang lebih, sebelum akhirnya gugur di tangan Wahsyi, budak milik Jubair bin Muth’im.

Di dalam kitab Shahîh-nya,1 Imam al-Bukhari menyebutkan kisah tentang kesyahidan Hamzah رضي الله عنه secara rinci, sebagaimana yang diriwayatkan oleh sang pembunuhnya sendiri, yang akhirnya masuk Islam.

Wahsyi bertutur: Sesungguhnya Hamzah telah membunuh Thu’aimah bin ‘Adi bin al-Khiyar (paman Jubair bin Muth’im) di perang Badr. Majikanku, Jubair bin Muth’im menawariku : “Jika engkau sanggup membunuh Hamzah, maka engkau merdeka”. Wahsy melanjutkan kisahnya: Tatkala orang-orang bergerak pada tahun ‘Înîn (peristiwa perang Uhud),2 aku pergi bersama mereka untuk berperang. Ketika mereka telah berbaris rapi, siap memulai peperangan, majulah Siba` (dari barisan kaum musyrikin, pent), seraya sesumbar menyerukan tantangan: “Adakah yang ingin beradu tanding denganku?”

Maka keluarlah Hamzah dan menyahut: “Wahai Siba`, anak wanita pemotong kelentit! Apakah engkau bersikeras menantang Allah dan Rasul-Nya?” Dengan gesit, Hamzah berhasil menghabisinya.

(Sementara) aku bersembunyi mengintai Hamzah di balik batu besar. Begitu jangkauan mata tombakku berada pada posisi yang tepat, maka aku lemparkan ke arah perutnya bagian bawah hingga tembus melalui kedua pangkal pahanya. Itulah saat kematiannya. (Pasca keislamanku) ketika Nabi ﷺ telah wafat, dan kemudian muncul Musailamah al-Kadzdzâb, Wahsyi berkata: “Aku akan pergi untuk mencari Musailamah. Semoga aku bisa membunuhnya sebagai tebusanku atas Hamzah,” dan ia pun pergi ikut mencari Musailamah bersama kaum muslimin lainnya.

Tatkala menemukan Musailamah, maka aku lemparkan tombakku tepat mengenai dada Musailamah hingga tembus di antara keduapundaknya. Bersamaan dengan itu, seorang Anshar ikut memukulkan pedangnya di kepala Musailamah”.

Ketika itu, jasad Hamzah رضي الله عنه sudah dalam keadaan tercincang. Hindun binti ‘Utbah telah membelah perutnya, lalu mengeluarkan hatinya dan mengunyahnya, dan memuntahkannya kembali.

Ibnu ‘Abdil-Barr t meriwayatkan, sesungguhnya Nabi ﷺ berdiri di hadapan Hamzah yang telah syahid. Beliau ﷺ menitikkan air mata. Dan ketika melihatnya menjadi korban kebiadaban, beliau ﷺ menarik napasnya. Tidak ada pemandangan yang lebih menyakitkan hati beliau ﷺ daripadanya. Lalu beliau ﷺ melanjutkan ucapannya: “Semoga Allah merahmatimu, wahai Paman. Padahal dahulu engkau orang yang menyambung tali silaturahim, dan banyak melakukan kebajikan”.

Hamzah رضي الله عنه , sang Singa Allah ini dikuburkan bersama ‘Abdullah bin Jahsy dalam satu liang lahat.

‘ABDULLAH BIN JAHSY رضي الله عنه

‘Abdullah bin Jahsyi termasuk sahabat yang pertama-tama masuk Islam dan berhijrah ke Habasyah. Perang Badr juga beliau ikuti. Ya, dialah Abu Muhammad, ‘Abdullah bin Jahsy al-Asadi. Dialah yang pertama kali mendapat gelar amir dalam Islam. Yaitu ketika diutus oleh Rasulullah dalam suatu ekspedisi peperangan. Ibunya bernama Umaimah binti ‘Abdul-Muththalib bin Hâsyim bin ‘Abdi Manâf bin Qushay.

Kisahnya dalam Perang Uhud, tergambar pada doa yang dilantunkannya kepada Allah l . Diceritakan, tatkala Perang Uhud berkecamuk, ‘Abdullah bin Jahsyi berdoa kepada Allah l agar mendapatkan mati syahid, dan Allah mengabulkan permohonannya.

Dalam sebuah riwayat dikisahkan, bahwa ‘Abdullah binJahsyi رضي الله عنه berkata kepada Sa’ad bin Abi Waqqash رضي الله عنه : “Tidakkah kita berdoa”? Maka, Sa’ad berkata: “Maka kami menyendiri di suatu tempat,” lantas Sa’ad mulai berdoa: “Wahai, Rabbku! Apabila besok kami bertemu musuh, maka pertemukanlah aku dengan seorang yang paling kuat, sehingga aku memeranginya karena-Mu, kemudian berikanlah aku kemenangan atasnya hingga aku bisa membunuhnya dan mengambil hartanya”.

“Abdullah bin Jahsyi mengamininya, kemudian ia berdoa, ‘Ya, Allah! Berilah kepadaku seorang yang paling kuat, yang aku perangi karena-Mu, sampai ia bisa membunuhku, kemudian memotong hidung dan telingaku, sehingga jika aku menjumpai-Mu, maka aku katakan, ini semua untuk membela-Mu dan membela Rasul-Mu. Lalu Engkau mengatakan, kamu benar’, Sa’ad melanjutkan kisahnya: “Sungguh doanya lebih baik dari doaku, dan aku telah melihatnya pada akhir siang, keadaan hidung dan telingannya tergantung di seutas benang”.

Beliau dibunuh oleh Abul-Hakam bin al-Akhnas bin Syarîq. Setelah itu dikuburkan bersama Hamzah dalam satu liang lahat. Beliau mendapatkan syahid dalam usia 40 tahun beberapa bulan.

MUSH’AB BIN ‘UMAIR رضي الله عنه

Abu Muhammad Mush’ab bin ‘Umair bin Hâsyim bin ‘Abdi Manâf bin ‘Abdid-Dâr bin Qushay Isterinya bernama Hamnah binti Jahsyi. Beliau termasuk dari kalangan sahabat Nabi yang senior dan banyak memiliki keutamaan. Seorang pemuda yang sangat tampan di kota Mekkah. Kedua orang tuanya sangat mencintainya. Ibunya yang kaya raya memberinya pakaian yang paling bagus dan lembut. Dia juga orang yang paling harum dan wangi di Mekkah, mengenakan sandal hadhrami (dari Yaman).

Apabila Rasulullah ﷺ mengingatnya, beliau mengatakan: “Saya tidak pernah melihat seseorang di Mekkah yang paling bagus juntaian rambutnya, tidak pula yang lebih halus pakaiannya, serta lebih banyak mendapatkan kemewahan hidup daripada Mush’ab bin ‘Umair”.

Mush’ab bin ‘Umair masuk Islam ketika Nabi ﷺ berada di rumah al-Arqam. Dia menyembunyikan keislamannya dari keluarga dan kaumnya, tetapi kemudian diketahui oleh ‘Utsmân bin Thalhah. Lalu ia pun memberitahukan hal itu kepada keluarganya. Mereka mempercayainya sehingga menyebabkan Mush’ab tertahan dan terkekang oleh keluarganya. Hingga suatu hari Mush’ab berhasil lolos dan pergi berhijrah ke Habasyah bersama para sahabat yang lain. Beberapa saat kemudian ia kembali ke Mekkah lalu hijrah ke Madinah.

Seperti di Perang Badr, pada Perang Uhud ini, beliaulah orang yang membawa bendera kaum Muslimin di bawah komando Rasulullah ﷺ . Syahidnya di Perang Uhud karena terbunuh oleh Ibnu Qami’ah al-Laitsi yang menyangka Mush’ab رضي الله عنه sebagai Rasulullah ﷺ , dalam usia 40 tahun. Sehingga Ibnu Qami’ah lantas menemui orang-orang Quraisy sambil berseru: “Aku telah membunuh Muhammad”.

Begitu Mush’ab terbunuh, maka Rasulullah ﷺ memberikan bendera kepada ‘Ali bin Abi Thalib hingga akhir peperangan. Ketika peperangan telah usai, Rasulullah mendapati Mush’ab yang sudah tidak bernyawa itu dengan pakaian yang ia gunakan, ternyata tidak bisa menutupi seluruh tubuhnya. Jika kepalanya ditutup, maka nampak kedua kakinya. Sebaliknya, jika kedua kakinya ditutup, maka akan nampak kepalanya. Sehingga Nabi ﷺ memerintahkan agar bagian kepalanya ditutup denganpakaiannya, dan untuk kakinya dengan idzkhir (semacam rumput). Setelah itu Sahabat Mush’ab رضي الله عنه dimakamkan.

Sekembalinya Rasulullah dan para sahabat dari peperangan, Hamnah رضي الله عنها , isteri Mush’ab menemui Nabi ﷺ . Beliau ﷺ lantas mengabarkan kematian saudaranya, ‘Abdullah bin Jahsyi رضي الله عنه . Beliau ber-istirja` dan meminta ampun kepada Allah. Kemudian Rasulullah ﷺ pun mengabarkan kematian pamannya dari jalur ibu, yaitu Hamzah bin ‘Abdul-Muththalib. Wanita itu pun kembali beristirja` dan memohon ampun kepada Allah.

Akan tetapi, tatkala Rasulullah ﷺ mengabarkan kematian Mush’ab bin ‘Umair, isterinya berteriak histeris. Rasulullah ﷺ bersabda,”Sesungguhnya, seorang suami itu memiliki tempat tersendiri dalam hati isterinya. Dia terlihat tegar tatkala mendengar kematian paman dan saudaranya. Akan tetapi, dia akan berteriak histeris terhadap suaminya”.

SYAMMAS BIN ‘UTSMAN رضي الله عنه

Syammâs bin ‘Utsmân bin asy-Syarîd bin Harami al-Qurasyi al-Makhzûmi. Dia berasal dari Bani ‘Amir bin Makhzum. Nama aslinya ialah ‘Utsmân. Wajahnya sangat tampan. Oleh karena itu, beliau dijuluki Syammâs. Ibunya bernama Shafiyah binti Rabi’ah bin ‘Abdi Syams.

Beliau masuk ke dalam barisan kaum Muslimin pada awal-awal munculnya Islam. Termasuk salah satu dari sahabat yang berhijrah ke Habasyah dan ikut serta dalam Perang Badr, dan menemui syahid di Perang Uhud dalam usia 34 tahun dan tidak memiliki keturunan. Beliau رضي الله عنه dibunuh oleh Ubay bin Khalaf al-Jumahi.

Ketika terjadi Perang Uhud, beliau رضي الله عنه menjadikan tubuhnyasebagai perisai dan pelindung bagi Rasulullah ﷺ . Rasulullah ﷺ mengatakan: “Ketika itu, tidaklah ia mirip kecuali seperti tameng”. Dalam riwayat lain ditambahkan, “tidaklah ada serangan yang datang dari sisi manapun, melainkan ia membentengi diriku dengan dirinya sendiri”.

Dalam peperangan itu, setiap Rasulullah ﷺ melemparkan pandangan ke kanan dan ke kiri, selalu melihat Syammâs di depan beliau, membela dengan pedangnya. Tatkala Rasulullah pingsan, Syammâs menjadikan dirinya sebagai pelindung Rasulullah, hingga akhirnya sahabat ini sekarat.

Tatkala perang usai, ia dibawa ke kota Madinah. Masih nampak sisa-sisa kehidupan pada dirinya. Maka beliau pun kemudian dirawat tempat ‘Aisyah. Sehingga Ummu Salamah berkata: “Mengapa dia ditempatkan selain di tempatku, padahal ia putra pamanku?”

Maka Rasulullah ﷺ bersabda kepada para sahabat: “Bawalah ia ke tempat Ummu Salamah!” Lalu dibawalah sahabat Syammâs رضي الله عنه ke tempat Ummu Salamah رضي الله عنه . Akhirnya, beliau pun meninggal dunia di tempat Ummu Salamah. Kemudian Nabi memerintahkan agar Syammâs bin ‘Utsman رضي الله عنه dibawa kembali ke bukit Uhud untuk dikuburkan di sana.

SYUHADA PERANG UHUD DARI KALANGAN KAUM ANSHAR

DARI SUKU AUS.

  1. ‘Amr bin Mu’âdz bin an-Nu’mân رضي الله عنه
  2. Al-Hârits bin Anas bin Râfi’ رضي الله عنه
  3. ‘Amârah bin Ziyâd bin as-Sakanz
  4. Salamah bin Tsâbit bin Waqsy رضي الله عنه
  5. ‘Amr bin Tsâbit bin Waqsy رضي الله عنه
  6. Tsâbit bin Waqsy رضي الله عنه
  7. Rifâ’ah bin Waqsy رضي الله عنه
  8. Husail bin Jâbir, ayah Hudzaifah, yang dikenal dengan al-Yamân رضي الله عنه
  9. Shaifi bin Qaizhi رضي الله عنه
  10. Hubâb bin Qaizhi رضي الله عنه
  11. ‘Abbâs bin Sahl رضي الله عنه
  12. al Hârits bin Aus bin Mu’âdz رضي الله عنه
  13. Iyâs bin Aus bin ‘Atîk رضي الله عنه
  14. ‘Ubaid bin at Taiyyihân رضي الله عنه
  15. Hubaib bin Yazîd bin Taim رضي الله عنه
  16. Yazîd bin Hathib bin Umayyah bin Râfi’ رضي الله عنه
  17. Abu Sufyân bin al Harits bin Qais bin Zaid رضي الله عنه
  18. Hanzhalah bin Abi ‘Âmir (al-Ghasîl) رضي الله عنه
  19. Unais bin Qatadah رضي الله عنه
  20. Abu Hayyah z, saudara seibu Sa’ad bin Khaitsamah رضي الله عنه
  21. ‘Abdullah bin Jubair bin an-Nu’mân رضي الله عنه (komandan pasukan pemanah).
  22. Khaitsamah Abu Sa’ad bin Khaitsamah رضي الله عنه
  23. ‘Abdullah bin Salamah رضي الله عنه
  24. Subai’ bin Hâthib bin al Hârits bin Qais bin Haisyah رضي الله عنه

DARI SUKU KHAZRAJ.

  1. ‘Amr bin Qais رضي الله عنه
  2. Qais bin ‘Amr رضي الله عنه
  3. Tsâbit bin ‘Amr bin Zaid رضي الله عنه
  4. âmir bin Mukhallad رضي الله عنه
  5. Abu Hubairah bin al-Hârits bin ‘Alqamah رضي الله عنه
  6. ‘Amr bin Mutharrif bin ‘Alqamah bin ‘Amr رضي الله عنه
  7. Aus bin Tsâbit bin al-Mundzir رضي الله عنه
  8. Anas bin an-Nazhar رضي الله عنه
  9. Qais bin Mukhallad رضي الله عنه
  10. Kaisân maula Bani ‘Adi bin an-Najjâr رضي الله عنه
  11. Sulaim bin al-Hârits رضي الله عنه
  12. Nu’mân bin Abdi ‘Amr رضي الله عنه
  13. Khârijah bin Zaid bin Abâi Zuhair رضي الله عنه
  14. Sa’ad bin ar-Rabî’ bin ‘Amr bin Abu Zuhair رضي الله عنه
  15. Aus bin al-Arqam bin Zaid رضي الله عنه
  16. Mâlik bin Sinân bin ‘Ubaid رضي الله عنه (ayah Abu Sa’id al-Khudri رضي الله عنه )
  17. Sa’id bin Suwaid bin Qais bin ‘Âmir bin ‘Abbâd bin al-Abjar رضي الله عنه
  18. ‘Utbah bin Rabî bin Râfi’ رضي الله عنه
  19. Tsa’labah bin Sa’d bin Mâlik رضي الله عنه
  20. Tsaqf bin Farwah bin al-Badan رضي الله عنه
  21. ‘Abdullah bin ‘Amr bin Wahb رضي الله عنه
  22. Dhamrah bin ‘Amr bin Ka’b bin ‘Amr bin al-Juhani رضي الله عنه
  23. Naufal bin ‘Abdullah رضي الله عنه
  24. ‘Abbâs bin ‘Ubâdah bin Nadhlah bin Mâlik bin al-’Ajlân رضي الله عنه
  25. Nu’mân bin Mâlik bin Tsa’labah bin Fihr bin Ghanm bin Salîm رضي الله عنه
  26. al Mujaddar bin Dziyâd bin ‘Amr bin Zamzamah bin ‘Amr bin ‘Amârah رضي الله عنه
  27. ‘Ubâdah bin al-Hashâs رضي الله عنه
  28. Rifâ’ah bin ‘Amr رضي الله عنه
  29. ‘Abdullah bin ‘Amr bin Harâm bin Tsa’labah bin Harâm رضي الله عنه
  30. ‘Amr bin al-Jamûh bin Zaid bin Harâm رضي الله عنه
  31. Khallâd bin ‘Amr bin al-Jamûh bin Zaid bin Harâm رضي الله عنه
  32. Abu Aiman maula ‘Amr bin al-Jamûh رضي الله عنه
  33. Salîm bin ‘Amr bin Hadîdah رضي الله عنه
  34. ‘Antarah maula Salîm bin ‘Amr bin Hadîdah رضي الله عنه
  35. Sahl bin Qais bin Abu Ka’b bin al Qain رضي الله عنه
  36. Dzakwân bin Abd Qais رضي الله عنه
  37. ‘Ubaid bin al-Mu’alla bin Ludzân رضي الله عنه


Footnote:

1 Shahîhul-Bukhâri (7/367-368) dengan ringkas.

2 ‘Inîn adalah bukit di samping Gunung Uhud yang dibatasi dengan sebuah lembah.


Artikel asli: https://majalahassunnah.net/artikel/syuhada-uhud/